Rabu, 19 September 2012

Hubungan Ilmu Pengetahuan, Filsafat Ilmu, dan Agama



 
Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran mengenai apa dan bagaimana pembentukan dan perkembangan ilmu pengetahuan serta landasan, sifat dan fungsinya bagi kehidupan manusia.
Filsafat ilmu memberikan kerangka dasar dalam berolah ilmu agar proses dan produk keilmuan yang dihasilkan tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah moral, etika dan kesusilaan.
Filsafat ilmu melakukan dua macam hal yakni, di satu sisi membangun teori-teori tentang manusia dan alam semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-landasan bagi keyakinan dan tindakan, di sisi lain, filsafat memeriksa secara kritis segala hal yang dapat disajikan sebagai suatu landasan bagi keyakinan atau tindakan, termasuk teori-teorinya sendiri, dengan harapan pada penghapusan kesalahan.
Kebenaran ilmu pengetahuan diperoleh dengan cara penyelidikan, percobaan (eksperimen), dan berdasarkan pengalaman (empiris), ilmu filsafat menghampiri kebenaran dengan cara mengembarakan akal budi secara radikal, integral, universal, dan tidak terikat oleh ikatan apapun, kecuali logika. Manusia sebagai makhluk pencari kebenaran, di dalam mencari, menghampiri, dan menemukan kebenaran itu, manusia menggunakan tiga cara yakni melalui Ilmu pengetahuan, filsafat, dan agama.
Menurut Prof.Nasioen, SH, “Filsafat yang sejati haruslah berdasarkan kepada agama, apabila filasafat tidak berdasarkan agama, dan hanya semata-mata berdasarkan atas akal pikiran saja, maka filsafat itu tidak akan memuat kebenaran objektif , karena yang memberikan pandangan dan putusan adalah akal pikiran.
Kebenaran ilmu pengetahuan adalah kebenaran positif, kebenaran filsafat adalah kebenaran spekulatif (dugaan yang tak dapat dibuktikan secara empiris, riset dan eksperimen). Kebenaran ilmu pengetahuan dan filsafat keduanya adalah nisbi atau relatif. Relatifitas atau kenisbian ilmu pengetahuan bermuara kepada filsafat dan relativitas atau kenisbian ilmu pengetahuan dan filsafat bermuara kepada agama. Agama dapat menjadi petunjuk, pegangan serta pedoman hidup bagi manusia dalam menempuh hidupnya dengan harapan penuh keamanan, kedamaian, dan kesejahteraan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sepandai-pandainya manusia dalam ilmu pengetahuan maupun filsafat, tetap membutuhkan bimbingan moral atau agama untuk dipedomani dalam hidup sebagai orang beriman. Karena  Ilmu tanpa bimbingan moral dan agama adalah buta. Kebutaan manusia terhadap moral dan agama dapat membawa manusia ke jurang malapetaka.  



Pertanyaan :

Apa sebenarnya yang dimaksud dengan kebenaran?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar