Tugas ke-3 Refleksi Filsafat
Nama : Maria
Sofia Jaflean (12709259025)
Kelas : C Pendidikan Matematika PPs UNY – 2012
A.
Aliran-aliran
dalam Persoalan Keberadaan
Aliran-aliran dalam persoalan keberadaan
menimbulkan tiga segi pandangan yaitu :
1.
Pandangan dari segi jumlah, banyak
(kuantitas), artinya berapa banyak kenyataan yang paling dalam itu. Segi masalah
kuantitas ini melahirkan beberapa aliran filsafat sebagai jawabannya.
1)
Monoisme
Monoisme
adalah aliran yang menyatakan bahwa hanya ada satu kenyataan fundamental.
Kenyataan tersebut berupa jiwa, materi, Tuhan atau substansi lainnya.
Tokoh-tokohnya antara lain : Thales (625 – 545 SM) yang berpendapat bahwa
kenyataan yang terdalam adalah satu substansi, yaitu air. Anaximander (610 – 547
SM) berkeyakinan bahwa yang merupakan kenyataan terdalam adalah Apeiron, yaitu sesuatu yang tanpa batas,
tak dapat ditentukan dan tidak memiliki persamaan dengan salah satu benda yang
ada dalam dunia. Anaximenes (585 – 528) berkeyakinan bahwa yang merupakan unsur
kenyataan yang sedalam-dalamnya adalah udara. Filsuf modern yang termasuk
penganut monoisme adalah Baruch spinoza yang berpendapat bahwa hanya ada satu
substansi yaitu Tuhan. dalam hal ini Tuhan diidentikkan dengan alam (Naturans naturata).
2)
Dualisme (serba dua)
Dualisme
adalah aliran yang menganggap adanya dua substansi yang masing-masing berdiri
sendiri. Tokoh-tokoh yang termasuk aliran ini adalah Plato (428 – 348 SM) yang
membedakan dua dunia yaitu duania indera (dunia bayang-bayang) dan dunia
intelek (dunia ide). Descartes (1596 – 1650) membedakan substansi pikiran dan
substansi keluasan. Leibniz (1724 – 1804) yang membedakan antara duania yang
sesungguhnya dan dunia yang mungkin. Immanuel Kant (1724 – 1804) yang
membedakan antara dunia gejala (penomena)
dan dunia hakiki (noumena).
3)
Pluralisme (serba banyak)
Pluralisme
adalah aliran yang tidak mengakui satu substansi atau dua substansi melainkan
mengakui banyak substansi. Penganut aliran ini adalah Empledokles (490 – 430
SM) yang menyatakan bahwa hakekat kenyataan terdiri dari empat unsur yaitu:
udara, api, air, dan tanah. Anaxagoras (500 – 428) menyatakan bahwa hakekat
kenyataan terdiri dari unsur-unsur yang tak terhitung banyaknya, sebanyak
jumlah sifat benda dan semuanya itu dikuasai oleh suatu tenaga yang dinamakan nous. Nous adalah zat yang paling halus
yang memiliki sifat pandai bergerak dan mengatur. Leibniz (1646 – 1716)
menyatakan bahwa hakekat kenyataan terdiri dari monade-monade yang tak
terhingga banyaknya. Monade adalah substansi yang tidak berluas, selalu
bergerak, tidak terbagi, dan tidak dapat rusak. Setiap monade saling
berhubungan dalam suatu sistem yang sebelumnya telah diselaraskan Harmonia prestabilia.
2.
Pandangan dari segi sifat (kualitas)
1)
Spiritualisme atau Idealisme
Spiritualisme
mengandung beberapa arti yakni, ajaran yang menyatakan bahwa kenyataan yang
terdalam adalah roh (Pneuma, Nous,
Reason, Logos) yaitu roh yang mengisi dan mendasari seluruh alam;
spiritualisme juga kadang-kadang dikenakan pada pandangan idealistik yang
menyatakan adanya roh mutlak; spiritualisme dipakai dalam istilah keagamaan
untuk menekankan pengaruh langsung dari roh suci dalam bidang agama;
spiritualisme berarti kepercayaan bahwa roh-roh orang mati berkomunikasi dengan
orang hidup melalui orang-orang tertentu yang menjadi perantara dan dan lewat
bentuk wujud yang lain. Tokoh-tokoh aliran ini adalah Plato (430 – 348 SM)
dengan ajarannya tentang idea atau cita dan jiwa yang merupakan gambaran asli
segala benda. Semua yang ada di dalam dunia hanyalah merupakan penjelmaan atau
bayangan saja. Idea atau cita tidak dapat ditangkap oleh indera, tetapi dapat
dipikirkan.Sedangkan yang dapat ditangkap oleh indera manusia hanyalah
bayang-bayang. Leibniz (1646 - 1718) dengan teorinya tentang monade. monade
adalah sesuatu yang bersahaja, sederhana, tidak menempati ruang, tidak
berbentuk. Sifatnya yang terutama adalah gerak, menaggap, dan berpikir. Setiap
monade bersifat otonom mutlak.
2)
Materialisme
Materialisme
adalah pandangan yang menyatakan bahwa tidak ada hal yang nyata kecuali materi.
Pikiran dan kesederhanaan adalah penjelmaan dari materi dan dapat dikembalikan
pada unsur-unsur fisik. materi adalah sesuatu hal yang kelihatan, dapat diraba,
berbentuk, dan menempati ruang. Hal-hal yang bersifat kerohanian seperti
pikiran, jiwa, keyakinan, rasa sedih, dan rasa senang, tidak lain adalah
ungkapan proses kebendaan. Tokoh-tokohnya antara lain, Demokritus (460 – 370 SM)
menyatakan bahwa alam semesta tersusun atas atom-atom kecil yang memiliki bentuk
dan badan. Atom-atom ini memiliki sifat yang sama, perbedaannya hanya tentang
besar, bentuk dan letaknya. Jiwa menurut Demokritus dikatakan terjadi dari
atom-atom yang bentuknya lebih kecil, bulat, dan mudah bergerak. Tokoh yang
lain adalah Thomas Hobbes (1588 – 1679). Ia berpendapat bahwa segala sesuatu
yang terjadi di dunia termasuk pikiran dan perasaan merupakan gerak dari
materi. Karena segala sesuatu terjadi dari benda-benda kecil, maka menurut
Hobbes, filsafat sama dengan ilmu yang mempelajari benda-benda.
3.
Pandangan dari segi proses, kejadian
atau perubahan
1)
Mekanisme
Pandangan
Mekanisme (serba mesin) menyatakan bahwa semua gejala (peristiwa) dapat
dijelaskan berdasarkan asas-asas mekanik (mesin). Semua peristiwa adalah hasil
dari materi yang bergerak dan dapat dijelaskan menurut kaidah-kaidahnya dan
peristiwa berdasar pada sebab kerja (efficient
cause) yang dilawankan dengan sebab tujuan (final cause). Pandangan yang bercorak mekanistik pertama kali
diajukan oleh Leucippus dan Democritus yang berpendirian bahwa alam dapat
diterangkan berdasar pada atom-atom yang bergerak dalam ruang kosong. Pandangan
ini dianut oleh Galileo Galilei (1564 – 1641) dan filsuf lainnya pada abad 17
sebagai filsafat mekanik. Descartes menanggapa bahwa hakekat materi adalah
keluasan (extension), dan semua
gejala fisik dapat diterangkan dengan kaidah-kaidah
mekanik. sedangkan bagi Immanuel Kant, kepastian dari suatu kejadian sesuai
dengan kaidah sebab akibat (causality)
sebagai suatu kaidah alam.
2)
Teleologi (serba tujuan)
Aliran
teologi berpendirian bahwa yang berlaku
dalam kejadian alam bukanlah kaidah sebab akibat, akan tetapi sejak semula
memang ada sesuatu kemauan atau kekuatan yang mengarahkan alam ke suatu tujuan.
Plato membedakan antara idea dengan materi. Tujuan berlaku di alam idea
sedangkan kaidah sebab akibat berlaku dalam materi. Menurut Aristoteles, untuk
memahami kenyataan yang sesungguhnya, kita harus memahami adanya empat macam
sebab, yaitu sebab bahan (material cause)
yaitu bahan yang menjadikan sesuatu itu ada, sebab bentuk (formal cause) adalah yang menjadikan sesuatu itu berbentuk, sebab
kerja (afficient cause) adalah yang
menyebabkan bentuk itu bekerja atas bahan, dan sebab tujuan (final cause ) adalah yang menyebabkan
tujuan itu semata-mata karena perubahan tempat atau gerak. Menurut aliran ini,
kegiatan alam mengandung suatu tujuan dan kaidah sebab akibat hanyalah alat
bagi alam untuk mencapai tujuannya.
3)
Vitalisme
Aliran
vitalisme memandang bahwa kehidupan tidak dapat sepenuhnya dijelaskan secara
fisika-kimiawi, karena hakekatnya berbeda dengan yang tidak hidup. Filsuf
vitalisme Hans Adolf Eduard Driesch (1867 – 1940) menjelaskan bahwa setiap
organisme memiliki entelechy atau asas
hidup yang oleh Henry Bergson (1859 – 1941) disebut sebagai elan vital. Elan vital merupakan sumber
dari sebab kerja dan perkembangan dalam alam yang mengatur gejala hidup dan
menyesuaikannya dengan tujuan hidup. Oleh sebab itu vitalisme sering disebut
juga dengan finalisme.
4)
Organisisme (berlawanan dengan
Vitalisme)
Menurut
aliran organisme, hidup adalah suatu struktur yang dinamik, suatu kebulatan
yang memiliki bagian-bagian yang heterogen, akan tetapi yang utama adalah
adanya sitem yang teratur.
B.
Aliran-aliran
dalam Persoalan Pengetahuan
1. Persoalan pengetahuan yang bertalian
dengan sumber-sumber pengetahuan,
dijawab oleh aliran berikut.
1)
Rasionalisme
Aliran
ini berpandangan bahwa semua pengetahuan bersumber dari akal. Akal memperoleh
bahan lewat indera dan diolah menjadi pengetahuan. Rane Descartes membedakan
tiga idea yang ada dalam diri manusia, yaitu innate ideas, yaitu ide yang dibawa manusia sejak lahir, adventitious ideas adalah ide-ide yang
berasal dari luar diri manusia, factitious
ideas adalah ide-ide yang dihasilkan oleh pikiran itu sendiri. Tokoh-tokoh
lain yang menganut aliran ini adalah Spinoza dan Leibniz.
2)
Empirisme
Aliran
empirisme adalah aliran yang berpendirian bahwa semua pengetahuan diperoleh
lewat indera melalui kesan-kesan dari alam nyata, berkumpul dalam diri manusia
dan menjadi pengalaman. Aliran pendukung empirisme adalah Posivisme Perancis,
Posivisme logis dari lingkaran Wina, Analisa filsafati Inggris, dan berbagai
aliran psikologi behavioristik.
3)
Realisme
Realisme
adalah aliran yang menyatakan bahwa objek-objek yang diketahui adalah nyata
dalam dirinya dan tidak bergantung pada yang mengetahui, atau pun pikiran.
Dunia ada sebelum dan sesudah pikiran.
4)
Kritisisme
Kritisisme
adalah aliran yang berusaha menjawab persoalan pengetahuan dengan tokohnya Imanuel
Kant yang pemikirannya bertolak pada ruang dan waktu sebagai dua bentuk
pengamatan. Akal menerima bahan-bahan pengetahuan dari empiri (indera dan
pengalaman) dan mengaturnya dalam bentuk pengamatan yakni ruang dan waktu.
Pengamatan merupakan permulaan pegetahuan, sedangkan pengolahan oleh akal
merupakan pembentuknya.
2. Persoalan
pengetahuan yang menekankan kepada hakekat pengetahuan,
dijawab oleh aliran berikut.
1)
Idalisme
Tokoh dalam paham ini adalah Plato. Ia
berpendirian bahwa pengetahuan adalah proses-proses mental atau pun
proses-proses psikologi yang sifatnya subjektif. Pengetahuan merupakan gambaran
subjektif tentang kenyataan dan tidak memberikan gambaran yang tepat tentang
hakekat sesuatu yang berada di luar pikiran.
2)
Empirisme
Aliran ini berkeyakinan bahwa hakekat
pengetahuan adalah berupa pengalaman. Tokohnya adalah David Hume yang menyatakan bahwa
idea-idea dapat dikembalikan pada sensasi-sensasi (rangsang indera) dan
pengalaman merupakan ukuran terakhir dari kenyataan, dan William James
menyatakan bahwa pernyataan tentang fakta adalah hubungan di antara
benda-benda, sama banyaknya dengan pengalaman khusus yang diperoleh secara
langsung melalui indera.
3)
Positivisme
Pendiri dan sekaligus tokoh terpenting
dari aliran filsafat positivisme adalah Aguste Compte. Aliran positivisme
berpendirian bahwa kepercayaan-kepercayaan yang dogmatis harus digantikan
dengan pengetahuan faktawi. Apa pun yan di luar dunia pengalaman tidak perlu
diperhatikan. Manusia harus menaruh perhatian pada dunia ini. Bebrapa tokoh
diantaranya mengatakan bahwa pernyataan yang mengandung arti adalah pernyataan
yang dapat diverifikasi secara empiris. Pengalaman yang tidak berdasar dan
tidak dapat diverifikasi dianggap tidak bermakna atau bukan merupakan
pengetahuan.
4)
Pragmatisme
Aliran ini tidak mempersoalkan apa
hakekat pengetahuan melainkan menanyakan apa guna pengetahuan tersebut. William
James menyatakan bahwa ukuran kebenaran sesuatu hal itu ditentukan oleh akibat
praktisnya. Menurut John Dewey, kegunaan atau kemanfaatan untuk umum hendaknya
menjadi ukuran, sedangkan daya untuk mengetahui dan daya untuk berpikir
merupakan sarana.
C.
Aliran-aliran
dalam Persoalan Nilai-nilai (Etika)
1.
Idealisme Etis
Idealisme
etis adalah aliran yang meyakini hal-hal yang berikut ini.
a.
Adanya suatu skala nilai-nilai asas-asas
moral, atau aturan-aturan untuk bertindak
b.
Lebih mengutamakan hal-hal yang bersifat
spiritual atau pun mental dari pada yang bersifat indrawi atau kebendaan
c.
Lebih mengutamakan kebebasan moral dari
pada ketentuan kejiwaan atau alami
d.
Lebih mengutamakan hal yang umum dari
pada hal yang khusus
2.
Deontologisme Etis
Deontologisme
etis berpendirian bahwa sesuatu tindakan dianggapa baik tanpa disangkutkan
dengan nilai kebaikan sesuatu hal. Yang menjadi dasar moralitas adalah
kewajiban. Sesuatu perbuatan dikatakan wajib secara moral tanpa memperhitungkan
akibat-akibatnya. Deontologisme etis dilawankan dengan etika aksiologis (etika
yang mendasarkan pada teori nilai). Deontologisme juga disebut formalisme dan juga
intuisionisme.
3.
Etika Teleologis
Etika
teologis merupakan etika aksiologis (etika berdasar nilai) yang membuat
ketentuan bahwa kebaikan atau kebenaran suatu tindakan sepenuhnya bergantung
pada sesuatu tujuan atau hasil.
4.
Hedonisme
Hedonisme
menganjurkan manusia untuk mencapai kebahagiaan yang didasarkan pada
kenikmatan, kesenangan (pleasure).
Pengajur dalam aliran ini yaitu Cyrenaics (400 SM), yang menyatakan bahwa hidup
yang baik adalah memperbanyak kenikmatan melalui kenikmatan indera dan intelek.
Sebaliknya Epikurus (341 – 270 SM) menyatakan bahwa kesenangan dan kebahagiaan
adalah tujuan hidup manusia. Epikurus
tidak menganjurkan manusia untuk mengejar semua kenikmatan yang sesuai dengan
inteligensi dan tengah-tengah. Kegembiraan pikiran adalah lebih tinggi dari
pada kenikmatan jasmani.
5.
Utilitarisme
Utilitarisme
adalah pandangan yang menyatakan bahwa tindakan yang baik adalah tindakan yang
menimbulkan kenikmatan atau kebahagiaan yang sebesar-besarnya bagi manusia yang
sebanyak-banyaknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar